![]() |
ilustrasi foto sumber https://www.facebook.com/photo.php?fbid=787550487926695&set=t.100000230781246&type=3&theater |
Aku sangat ingat akan satu kalimat yang sederhana tapi tidak
boleh diremehkan.”SAFETY FIRST”. Setiap perjalanan utamakan keselamatan itulah modal
utama. Aku juga mencoba menanamkan pada serombongan teman-teman yang nanti akan
mendaki sebuah bukit atau gunung dengan ketinggian 2565mdpl. Jangan meremehkan
alam, tinggi atau rendahnya karena kematian datang dimanapun kapanpun tanpa
permisi dan tanpa diketahui.
Leader kali ini Mas Alfri sedangkan aku bertugas sebagai
sweeper membawa 12 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 6 perempuan. Untuk
pertama kalinya mereka mendaki ke gunung, hanya 2 atau 3 orang yang sudah kedua
kalinya mendaki. Itu info yang aku peroleh dari leader team.
Tidak bosan menanyakan mereka akan persiapan pribadi dan
kelompok. Karena ini pertama kalinya mereka pasti butuh arahan dan aku dengan
Mas Alfri tidak bosan mengarahkan dan mengingatkan. Aku berharap perjalanan kali ini lancar tanpa kendala berarti. Peralatan kompor sudah aku cek dan insyallah cukup. Dan
peralatan pribadi mereka sudah diberi arahan dan paham.
Perjalanan menembus malam di ketinggian dengan dingin yang
terus menampar sisi kulit yang tidak tertutup kain. Sejauh hingga hampir setengah perjalanan tidak
ada halangan seberapa. Hanya sebagian dari mereka terkadang kelelahan atau
sulit mengatur nafas. Ritme perjalanan yang terkadang terlalu cepat dan memang
awalnya mereka belum pemanasan dan penyusaian suhu mempengaruhi fisik mereka.
Aku mencoba mengatur ritme mereka. Berjalan pelan namun
pasti terus bergerak dan tidak terlalu lama beristirahat karena hawa dingin
pasti akan segera menguasai. Malam itu ratusan pendaki berduyun-duyun mendaki
gunung. Membuat hiasan cahaya jika dari jauh dilihat. Perjalanan malam hari memang memiliki resiko lebih besar
jika dibanding pada siang hari. Tubuh yang seharusnya beristirahat kini
harus diajak berjalan menapaki medan menanjak. Ditambah angin kencang yang
mulai menampar-nampar. Masuk angin sudah pasti, aku mensiasati dengan meminum 2
tablet obat anti masuk angin agar tubuh hangat.
Satu persatu dari mereka sebelum ke puncak mulai turun semangatnya.
Pasokan air langsung terkuras karena mereka terus-terusan minum dan satu hal
lagi ternyata mereka membawa minum kurang dari standar bekal minum yang
harusnya dibawa. Aku menyarankan untuk membawa minum 2,5liter-3liter untuk
mereka. Setikdanya itu perhitunganku untuk naik dan turun. Tapi sebagian dari
mereka hanya membawa kurang dari 1,5liter. Bahkan saat itu hanya tersisa kurang
dari setengahnya. mungkin mereka lupa kalo di atas sana tidak ada mata air sama sekali, padahal aku sudah berkali-kali mengingatkan.
Yang ditunggu akhirnya sampai, puncak yang dinanti. Dengan sigap aku di ikuti
yang lain mencari shelter dan mendirikan tenda, berusaha secepat yang
diusahakan, karena ternyata dipuncak angin berhembus lebih kencang dan terasa lebih dingin. entah berapa lama kami semua mendirikan 4 buah tenda, menghiasi puncak yang sebelum sudah dihiasi puluhan tenda.
![]() |
cerahnya Prau |
Saat itu bukit atau gunung yang memiliki ketinggian 2565mdpl
yang dikenal dengan bukit teletabis atau gunung Prau memang tengah dihadapi
udara dingin dan angin kencang. Menurut warga dan pihak basecamp memang belum
turun hujan. Pantas saja dinginnya sangat awet hingga cahaya matahari bahkan
belum bisa menghangatkan.
Mungkin banyak yang telah menghadapi hypothermia sama
seperti yang dialami teman seteamku. Di waktu yang sama satu sahabat alam berpulang di
tanah yang sama yang aku pijak. Dia menutup mata dan menghembuskan nafas
terakhir dalam dekapan kabut dingin dan panorama alam yang menakjubkan. Semoga
arwahmu damai disana.
Tiada yang tau kapan dan dimana kita akan berhenti untuk
selamanya. Namun tetap safety first adalah harga mati. Barang bawaan logistic
dalam carier adalah nyawa. Jangan meremehkan tetap waspada selalu berdoa.
Salamku untuk semua yang cinta ketinggian. Tiada yang kekal di dunia, kita
hanya menumpang sementara. Jaga dan lestarikan. Teruslah merunduk ketika di
puncak karena hakikatnya kita hanyalah makhluk kecil yang diciptakan untuk
kembali pada-Nya.-Perjalanan 7-8 Juni 2014-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar