Tidak ada niat lain ketika aku sendiri menuliskan ini. Hanya
berniat untuk mengingatkan kembali, menjadi pelajaran kita semua yang akan bercengkrama
dengan alam. Semoga selalu diberi kebaikan bagi kita yang berniat baik.
![]() |
Merah Putih kala itu |
Ternyata antusias yang biasanya meramaikan lokasi camp,
malam ini tampak sepi. Hanya beberapa motor saja yang sudah terpakir rapi. Aku
dan mas Alfri pun akhirnya memutuskan untuk camp di BC. Lokasi yang bagus untuk
menikmati malam dan juga matahari terbit yang lokasinya cukup dekat. Kami
berjalan di iringi lagu untuk mengusir sepi, mataku begitu teliti mengamati
setiap pijakan. Terkadang aku berhenti, mengamati perubahan disini. Banyak tanaman belukar yang sudah mati atau tersingkir dengan sengaja,
hingga jalanan tampak begitu jelas. Belum lagi sisi pijakan yang ke arah jurang, terdapat longsoran yang masih baru. Aku teringat beberapa bulan yang lalu
menginjakan kaki kesini, waktu itu untuk berjalan saja susah karena tanaman belukar masih
menutup jalan tapi tidak untuk sekerang.
Akhirnya, setelah perjalanan penuh tanya sampai juga di sebuah shelter kecil. Ternyata ada
rombongan lain yang juga camp kesini. Kami pun meminta izin untuk menempati shelter
yang berada di ujung. Aku dan mas Alfri langsung mendirikan tenda dan berbenah.
Terkadang aku melihat rombongan mereka yang terdiri dari 5 orang lelaki dengan
bingung. Mereka tampak santai menikmati cemilan dan memasak. Hanya beralaskan
tikar yang biasa untuk dirumah dan juga kompor kaleng yang menurutku kebesaran
untuk memasak. Aku menyapa mereka, menanyakan mereka karena tidak ada tenda
yang tampak berdiri padahal malam itu langit tampak mendung dan pastinya akan
turun hujan. Ternyata mereka membawa, aku lega setidaknya ketika hujan mereka
ada tempat berteduh.
Sembari aku mencemil jajanan, mereka ternyata mendirikan tenda.
Cukup lama mereka mendirikan dengan keramaian membuatku dan mas Alfri penasaran. Benar saja, tenda mereka
ternyata belum berdiri sempurna. Akhirnya kami membantu. Aku sedikit bingung
mendirikan tenda mereka karena frame yang ternyata sebagian sudah rusak. Belum
lagi tenda mereka tidak di lapisi flysheet ataupun cover, pastinya ketika hujan
mereka akan tetap basah kuyup. Memutar otak, akhirnya mas Alfri memutuskan meminjamkan
ponco untuk dijadikan flysheet dadakan. Aku sendiri berfikir, kenapa mereka
begitu nekat membawa tenda dengan kondisi tidak layak. Kami pun, menawarkan
jika kebasahan meneduh di tenda kami.
Malam kian larut, mereka tampak masih ramai membicarakan
topic yang tidak aku tahu. Aku pun bersiap untuk pergi tidur, namun kobaran api
yang tampak dari dalam tenda mengagetkanku dan mas Alfri. Kami langsung
bertanya pada mereka, ternyata mereka berniat menyalakan api unggun dengan
bantuan spirtus. Aku sedikit melongo mendengarnya, terlebih mereka menyalakan
api unggun dekat dengan tenda kami. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi
nanti jika api kian membesar. Mas alfri pun menyarankan untuk membuat api
unggun di sebuah lubang yang ada, syukurlah mereka mau mengerti.
![]() |
mentari di 17 Agustus 2014 |
Aku tersadar, pembelajaran yang baik perlu ditanamkan di dalam hati sebelum kegiatan apapun terutama kegiatan dengan alam dilakukan. Dulu sekali, aku selalu diajarkan untuk mengumpulkan sampah agar ketika turun bisa dengan mudah membawanya. Dan pastinya walaupun hanya sekedar camp ceria saja, perlengkapan standar untuk kegiatan di alam pasti dibawa dan dalam kondisi baik. Dan, api unggun semalam dipastikan sudah dalam keadaan padam total. Semoga pelajaran yang membuatku sadar, bisa membuat sadar mereka juga. Bahwa bijak itu sangat diperlukan terutama ketika kita bercengkrama dengan alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar