![]() |
Atap-atap rumah ketika pagi |
Sudah jadi kebiasaan rutin saat liburan datang, camping adalah pilihan paling tepat saat
kantong tidak bersahabat (tanggal tua eeuuyy). Rencana awal, aku ditemani mas
Alfri mengajak mba Wati dan mas Ari untuk camping
dengan suasana baru, yaitu pantai Menganti. Sayangnya camping di Menganti
gagal untuk hari ini, karena kondisi yang tidak aman di perjalanan menuju
lokasi (bukan takut hantu, tapi takut ada orang nakal). Aku memilih untuk ke
tempat favorit di “Cengkehan” sayangnya karena terlalu sering disana mba Wati
enggan untuk ikut.
Terus berfikir hingga menjelang malam, aku memiliki ide yang
agak nyeleneh. Tinggal menunggu persetujuan mas Ari karena mba Wati sudah fix.
Benar saja, ide aku ini disambut tawa dan antusias jadilah perlengkapan
langsung dibawa kelokasi yang hanya berjarak 5 menit saja. Tidak menyesal untuk
mencoba bermalam disini, walaupun pemandangannya jauh berbeda. Keramain masih
terdengar jelas dari sini, seperti suara motor, mobil para pedangang hingga
yang lain. Kami menghabiskan waktu untuk bermain uno dan mengobrol sambil mengesap secangkir kopi dan mendengarkan
music. Sayang, suara kami harus sedikit di control, karena kalau tidak kami
bisa kena usir tetangga sekitar (kaya maling).
Malam semakin larut mba Wati dan mas Ari akhirnya tumbang (kaya pohon
aja), memilih untuk tidur lebih awal. Lucunya, tidak ketinggalan bantal dan
juga guling turut serta masuk ke tenda. Sedangkan, aku dan mas Alfri masih
sibuk menonton film dari laptop tanpa harus takut kehabisan batrai. Malam itu,
langit begitu cerah, memunculkan bintang yang berkelip malu-malu diantara udara
dingin yang membuat setiap orang pasti menarik selimut.
![]() |
mentari pagi diantara bangunan |
Langit gelap perlahan berganti berhias kemerahan. Pagi
membuatku terjaga, padahal baru saja merebahkan badan untuk terlelap. Aku mengamati
pemandangan sekitar, berhias atap-atap rumah warga dan juga gedung-gedung
fakultas. Inilah pemandangan camp
yang berbeda, berlokasi di loteng kost-kostannya mas Ari. Aku berjalan
mengabadikan matahari yang sudah tampak dari timur. Sedikit aktifitas terlihat
dari sini, karena hanya beberapa rumah yang tingkat dan dibuat loteng berfungsi
untuk menjemur pakaian. Suara burung berkicau juga bisa terdengar disini.
Setidaknya ada sedikit kesamaan ketika camp
di hutan.
Camp kali ini
cukup menghiburku di sela-sela waktu yang sedikit agak monoton karena harus nguli(kuli semen) untuk mencari recehan
(receh itu berharga lhoo..) yang nantinya dipakai untuk sekedar jalan-jalan
atau jajan. Sempat berkhayal memiliki rumah seperti ini, setidaknya saat bosan
tidur dikamar tidak perlu jauh-jauh untuk merasakan dinginnya malam sambil
melihat kerlip bintang atau bulan, cukup naik tangga ke atas loteng rumah
mendirikan tenda(kadang cuma buat hiasan), menggelar matras lalu memakai
sleepingbag, gunakan juga lilin. Kesan tersendiri saat menikmati malam di
loteng, teringat masa kecil dulu ketika bermain camp hanya dengan beratap spanduk dan penopang bambu :D
![]() |
mengingat saat kecil dulu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar