Kamis, 04 September 2014

Kesan Itu (Loteng Rumah Orang)

Atap-atap rumah ketika pagi

Sudah jadi kebiasaan rutin saat liburan datang, camping adalah pilihan paling tepat saat kantong tidak bersahabat (tanggal tua eeuuyy). Rencana awal, aku ditemani mas Alfri mengajak mba Wati dan mas Ari untuk camping dengan suasana baru, yaitu pantai Menganti. Sayangnya camping di Menganti gagal untuk hari ini, karena kondisi yang tidak aman di perjalanan menuju lokasi (bukan takut hantu, tapi takut ada orang nakal). Aku memilih untuk ke tempat favorit di “Cengkehan” sayangnya karena terlalu sering disana mba Wati enggan untuk ikut.

Terus berfikir hingga menjelang malam, aku memiliki ide yang agak nyeleneh. Tinggal menunggu persetujuan mas Ari karena mba Wati sudah fix. Benar saja, ide aku ini disambut tawa dan antusias jadilah perlengkapan langsung dibawa kelokasi yang hanya berjarak 5 menit saja. Tidak menyesal untuk mencoba bermalam disini, walaupun pemandangannya jauh berbeda. Keramain masih terdengar jelas dari sini, seperti suara motor, mobil para pedangang hingga yang lain. Kami menghabiskan waktu untuk bermain uno dan mengobrol sambil mengesap secangkir kopi dan mendengarkan music. Sayang, suara kami harus sedikit di control, karena kalau tidak kami bisa kena usir tetangga sekitar (kaya maling).  Malam semakin larut mba Wati dan mas Ari akhirnya tumbang (kaya pohon aja), memilih untuk tidur lebih awal. Lucunya, tidak ketinggalan bantal dan juga guling turut serta masuk ke tenda. Sedangkan, aku dan mas Alfri masih sibuk menonton film dari laptop tanpa harus takut kehabisan batrai. Malam itu, langit begitu cerah, memunculkan bintang yang berkelip malu-malu diantara udara dingin yang membuat setiap orang pasti menarik selimut.

mentari pagi diantara bangunan
Langit gelap perlahan berganti berhias kemerahan. Pagi membuatku terjaga, padahal baru saja merebahkan badan untuk terlelap. Aku mengamati pemandangan sekitar, berhias atap-atap rumah warga dan juga gedung-gedung fakultas. Inilah pemandangan camp yang berbeda, berlokasi di loteng kost-kostannya mas Ari. Aku berjalan mengabadikan matahari yang sudah tampak dari timur. Sedikit aktifitas terlihat dari sini, karena hanya beberapa rumah yang tingkat dan dibuat loteng berfungsi untuk menjemur pakaian. Suara burung berkicau juga bisa terdengar disini. Setidaknya ada sedikit kesamaan ketika camp di hutan.

Camp kali ini cukup menghiburku di sela-sela waktu yang sedikit agak monoton karena harus nguli(kuli semen) untuk mencari recehan (receh itu berharga lhoo..) yang nantinya dipakai untuk sekedar jalan-jalan atau jajan. Sempat berkhayal memiliki rumah seperti ini, setidaknya saat bosan tidur dikamar tidak perlu jauh-jauh untuk merasakan dinginnya malam sambil melihat kerlip bintang atau bulan, cukup naik tangga ke atas loteng rumah mendirikan tenda(kadang cuma buat hiasan), menggelar matras lalu memakai sleepingbag, gunakan juga lilin. Kesan tersendiri saat menikmati malam di loteng, teringat masa kecil dulu ketika bermain camp hanya dengan beratap spanduk dan penopang bambu :D




mengingat saat kecil dulu






Tidak ada komentar:

Posting Komentar