Jumat, 26 September 2014

Mengenal Sisi Lain Baturaden ( Jalan-Jalan dan Camp Ceria )

Mandala Wisata Baturraden
Jalan-jalan liat sesuatu yang seger apalagi baru pasti menambah cerita baru. Dan minggu ini setelah camp gagal tidur semalam suntuk aku bersama mas Ari mba Wati dan mba Lowi jalan-jalan diarea camp Cengkehan. Dulu, aku pernah buat proposal sejarah tentang bangunan sekitar sini dan rasanya rindu ingin mengingat masa jaman putih abu-abu. Berjalan menyusuri rerumputan hijau yang segar tak jauh dari tenda aku langsung bisa menemukan sebuah bangunan tua yang bia
sa disebut “rumah putih”. Rumah putih ini digunakan untuk memantau segala aktifitas untuk PLTA. Sebenarnya rumah putih ini tampak biasa saja seperti rumah pada umumnya hanya gaya bangunan dan fungsinya saja yang membedakan. Kenapa diberi nama rumah putih, awalnya aku sendiri tidak tau. Mungkin sebagian warga melihat seluruh cat atau warna rumah ini putih sudah dari zaman Belanda dulu hingga sekarang, makanya diberi nama rumah putih. Aku belum mengabadikan banyak moment disini ketika seorang petugas mengusir aku dan teman-teman. Maklum saja, lokasi PLTA bukan untuk wisata atau umum, yang dibolehkan masuk hanya petugas atau orang yang berkepentingan khusus saja.

Rumah Putih dan Kolam Endapan
Karena di usir akhirnya bangunan tua dekat pipa menjadi objek narsis teman-temanku. Segala macam gaya sudah dijajal hingga duduk diatas pipa. Beruntung sekali, karena bisa duduk diatas pipa setelah sekian lama. Hanya pada musim kemarau saja pipa bisa dinaiki dengan aman, soalnya jika musim hujan pipa-pipa besar ini ditumbuhi lumut dan pastinya licin. Aku berkeliling mengamati dan menemukan buah unik berwarna orange berduri yang menjadi objek fotoku. Karena lucu aku membawanya kembali ke tenda.

Belum puas berfoto, acara narsis berlanjut hingga ke aliran air yang berada dibawah tenda kami. Aliran air ini adalah air yang berasal dari Dam Belanda yang berada di bawah air terjun curug Gede. Alirannya sangat tenang namun cukup dalam. Berhubung sudah siang kami packing untuk melanjutkan perjalanan ke suatu tempat. Karena sudah janjian jam 9 di Mandala Wisata dengan mas Cahyo, bergegas kami packing dan langsung meluncur ke lokasi.

salah satu dari curug Telu
Menunggu mas Cahyo di Mandala Wisata membuatku mengamati sekelompok anak kecil yang tengah berlatih menari tradisional. Wah…tampak cantik dan anggun mereka menari entah tarian apa. Mandala wisata adalah gerbang atau gapura menuju lokawisata Baturraden. Di sebelah gapura besarnya terdapat bangunan yang biasa digunakan anak-anak muda untuk sekedar ngumpul dan juga terdapat peta besar titik-titik lokawisata. Tidak lupa juga icon Jawa yang sedang menunjuk dengan muka senyumnya bertengger dengan apik di sisi mandala dan disana aku menunggu.

Tidak perlu lama, kami total berenam meluncur menuju Karang Salam, di sebuah peternakan kambing dan sapi kami menitipkan motor. Perjalanan yang membelah sawah warga sejenak mencuci mata dengan yang hijau-hijau. Perjalanan landai akhirnya diakhiri dengan menuruni tangga panjang dan langsung saja 3 buah curug yang sayangnya saat itu satu curug tidak mengalir menyapa kami yang sudah keringatan. Cipratan air yang segar langsung menggodaku untuk bermain air. Pastinya berfoto menjadi rutinitas yang tidak ketinggalan. Mas Cahyo yang memang dari dulu ingin kesini tidak menyiakan kesempatan untuk menjamah setiap sudut curug.

Sejenak santai duduk diantara bebatuan menikmati curug yang terkenal dengan nama curug Telu menjadi salah satu curug favoritku. Karena lokasinya yang masih jarang dijamah manusia kesan asri dan bersih menjadi point tersendiri. Puas menikmati, akhirnya membawa kami kembali pulang, untuk beristirahat dan menyiapkan amunisi esok hari.


sisi lain Rumah Putih


pipa saluran air yang menuju PLTA pusat


kolam endapan dari dekat

buah unik mirip jeruk


saluran air dari Dam Belanda


Gapura Mandala Wisata


icon Jawa


salah satu dari curug Telu


curug yang kering


salah satu curug sebelum ke curug Telu

tangga menuju Curug Telu


sisi lain curug Telu

mas Cahyo menjelajahi sudut Curug Telu

berlima dengan fotografer narsis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar