Kamis, 02 Oktober 2014

Jalan-Jalan Plat F ( Nikahan )

Pohon cinta kedua pengantin
Perjalanan kali ini, aku tidak mengikut sertakan si timy kecilku. Perjalanan kali aku lewati bersama keluargaku tanpa kakakku,  karena aku akan pergi ke sebuah kota kecil dengan plat nomor kendaraan “F”. Pastinya kota kecil yang memiliki cuaca cukup panas dan terkenal dengan tauco meongnya, yaitu kota Cianjur. Perjalanan malam dengan bus dilewati dengan lancar. Walaupun awalnya harus ketinggalan bus dan menunggu beberapa jam namun setelah turun di Cileunyi dan menyambung bus lagi menuju Cianjur perasaan tidak sabar terus menggelayutiku. Apalagi sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku dari sisi bapak. Terakhir ketemu adalah lebaran tahun lalu saat aku tinggal beberapa bulan di Bandung.
persiapan calon pengantin

Perjalanana selama kurang lebih 10 jam akhirnya selesai setelah bus berhenti di perumahan Samolo. Jam menunjukkan pukul 3.30 WIB, masih terlalu pagi. Aku, bapak dan ibu berjalan menuju rumah budeku yang terletak cukp dekat dari jalan raya. Akhirnya sebuah rumah bercat hijau membawa kelegaan buatku. Ternyata seluruh penghuninya tidur terlelap, bahkan  kedatanganku dan kedua orangtuaku tidak diketahui sama sekali. Tapi lama kelamaan keributanku akhirnya membangunkan sebagian penghuni rumah. Temu kangen keluarga pun berlangsung di pagi buta. Aku sendiri yang kepanasan memutuskan untuk mandi lebih awal, diikuti oleh penghuni yang lain. Karena kamar mandi cuma satu acara mengantri pun tidak bisa terelakan.

Persiapa pagi semua penghuni yang sibuk masing-masing tidak membuat sang calon pengantin ikut-ikutan sibuk. Sang ibu calon pengantin, adiknya termasuk bapakku di rias oleh ibu yang memang bertugas sebagai rias pengantin. Pakaian untuk orangtua berwarna abu-abu muda sangat cocok untuk bapak dan budeku. Bukan kebetulan bapakku di rias, bapakku menggantikan posisi suami budeku yang tidak lain adalah ayang sang calon pengantin pria yang sudah tiada. Kedekatan bapakku dan juga bapakku yang turut serta membantu proses sebelum menikah membuat bapakku menjadi wali pria calon pengantin. Setelah semua selesai berias, barulah sang calon pengantin pria yang biasa aku sapa aa Ramdan dirias. Berbalut pakaian berwarna putih bersih sangat pantas dikenakan olehnya karena dia memang orang yang sangat cinta kerapian dan kebersihan. Aku teringat dulu zaman kecil, aku dan dia sering bermain bersama ke sawah dibelakang rumah nenekku. Tapi beda dengan sekarang, sikap dan pembawaannya yang dewasa mengantarkan dia ke sebuah jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Aku sendiri yang memang dasarnya susah dandan hanya berpoles bedak tipis dan mengenakan pakaian pinjaman dari sahabatku gamis putih bercorak motif bunga-bunga biru.

prosesi ijab qobul
Setelah semua siap akhirnya kami menuju ke tempat tujuan, kerumah calon pengantin wanita yang terletak tidak jauh dari rumah calon pengantin pria. Melihat calon pengantin pria yang duduk di depanku tampak tenang dan santai seperti tanpa beban membuatku bertanya-tanya apa yang dia pikirkan ya ? Perjalanan sedikit agak bergolak karena jalanan aspal yang rusak, akhirnya membawa kami ke sebuah gang yang sudah berhias janur kuning melengkung.  Sang calon pengantin pria pun langsung didampingi untuk ke masjid dimana akan dilakansakan ijab qobul. Aku yang sengaja mengabadikan moment sakral ini mengikuti sambil memegang camera digital murahanku. Detik tiap detiknya begitu khidmat dan menyentuh terutama saat ijab qobul berlangsung. Orang tua dari calon pengantin wanita tampak mengharu biru. Aku sendiri ikut terbawa suasana yang akhirnya meresmikan mereka sebagai pengantin dan juga suami istri yang sah, alhamdulillah. Prosesi penyerahan mas kawin pun berjalan cukup lucu, karena walaupun mereka sudah resmi tapi wajah malu-malu menghias wajah mereka. Aku sendiri melirik mahar berupa gambar dalam pigura yang terbuat dari sususan koin ratusan. Mahar yang pantas dan bisa dijadikan penghias dirumah untuk mengingatkan moment terindah ini untuk mereka dan anak-anak mereka kelak.

prosesi Sawer yang ramai
Berlanjut menuju tempat hajatan, kedatangan pengantin pria disambut dengan tarian tradisional. Aku dan beberapa keluarga yang datang membawa seserahan terbungkus cantik di sebuah kotak batik berbaris dibelakang pengantin pria. Setelah pengantin pria disambut dan duduk di singasana yang dihias penuh dengan bunga-bunga prosesi adat pun dimulai. Diawali dengan sambutan dari kedua belah pihak keluarga dengan bahasa sunda yang tidak begitu aku pahami berlanjut ke acara sungkeman. Sejauh ini prosesi adat tidak berbeda jauh dengan di Jawa Tengah. Namun satu prosesi unik yang menyita perhatianku dan hampir semua anak-anak kecil. Namanya “sawer” dimana sang pengantin melempar uang recehan pecahan apapun dan juga jajanan kecil seperti permen dan snack. Prosesi sawer bertujuan membagikan kebahagian kesemua orang karena pastinya sang pengantin dan keluarga besar tengah berbahagia. Setelah itu prosesi berlanjut seperti melemparkan kendi, menginjak telur dan membersihkan kaki pengantin pria. Semua berlangsung diiringi tawa dan kebahagian yang tiada hentinya.
es krimnya meleleh

Setelah prosesi adat akhirnya santapan untuk keluarga berlangsung. Aku yang memang kelaparan memilih mencemil es krim rasa strawberry yang sayangnya sudah meleleh dan tidak dingin. Akhirnya semakin siang, keluarga pihak pria berpamitan untuk pulang. Sebelumnya berfoto bersama dengan pengantin tidak terlewatkan. Berakhir sudah tujuanku ke Cianjur namun rencana untuk pulang masih belum terfikirkan. Sesampainya dirumah aku langsung mendinginkan badan dengan rebahan. Rasa kantuk karena memang belum sempat tidur dengan posisi nyaman akhirnya membawaku terlelap.


Liburan ke Cianjur setelah sakit seminggu cukup menghiburku. Terlebih bisa bertemu dengan dua keponakanku yang nakal. Salman dan Devara, mereka berdualah yang paling kecil di kelurga besar dari pihak bapakku. Saat waktunya pulang rasa enggan tentu saja menggelayut. Rasanya terlalu singkat dua hari semalam bertemu keluargaku, namun tanggungjawab kerjaan mengingatkanku untuk segera membawaku kembali. Perjalanan yang diiringi macet akhirnya membawaku kerumah tercinta di pagi-pagi buta.



bapak dan bude

aku sendiri

calon pengantin sedang berdandan


calon pengantin yang keliatannya tenang
khidmat saat sebelum prosesi ijab qobul

sebelum ijab qobul
seserahan pengantin
seserahan pengantin 

prosesi pemberian mas kawin


prosesi adat
saat menginjak telur
mahar yang cantik

pengantin baru

keponakan yang nakal

Devara beraksi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar