Selasa, 14 Oktober 2014

Tanah Kelahiranku Sangatlah Mempesona (Sebuah Telaga)

Setelah lama mendengengar dan melihat sebatas foto akhirnya aku bisa sampai di sebuah telaga yang berada di Cilongok. Berbekal alamat dari mba Olip, aku ditemani mas Alfri menggunakan motor menuju kesana. Perjalanan yang agak kesiangan tidak menjadi alasan untuk mengeluh. Untunglah, daerah Cilongok dengan suasana pedesaan yang menyejukan menjadi hiburan selama perjalanan. Di awal, kami sempat salah masuk jalan, beruntung ada warga desa ramah yang dengan ciamik memberikan arahan pada kami.

Sepanjang perjalanan aku mengenang ke masa putih abu-abu. Dulu aku pernah dan bahkan sering melewati jalanan ini ketika lomba dan baksos di sebuah desa yang berada jauh dari tujuan kami. Perjalanan melewati rumah warga yang tampak lenggang dan sesekali aktifitas warga diluar seperti menjemur padi dan lain sebagainya membuatku rindu untuk kembali tinggal di desa. Bukit hijau dan langit cerah menjadi pemandangan indah disaat jalanan aspal menanjak panjang dan sedikit melelahkan. Tapi tunggulah ketika akhirnya sebuah telaga dengan jejeran pohon yang cantik memberikan sapaan terbaiknya.

sisi lain telaga yang mengering mirip kubangan
Sebuah telaga yang terletak di desa Wonosari ini merupak telaga alami yang memang menjadi tempat favorit untuk menikmati suasana pagi, siang ataupun sore. Desiran angin yang memanjakan pastinya membuat betah untuk tetap duduk sekedar mengobrol atau menikmati pemandangan yang tidak ada bosannya. Aku berkeliling melihat dan memutuskan untuk ke sebuah pondokan yang tampak di sisi lain telaga. Pondokan disini tampak masih kokoh dan baik. Hanya beberapa sisi yang tampak berlubang mungkin karena tidak ada perawatan sama sekali.

Aku mencoba mengabadikan telaga dari berbagai sisi yang tampak manis dari kamera digitalku. Sayangnya ketika kesini musim kemarau membuat air ditelaga mengering, sehingga di tepian telaga tampak kering dan seperti kubangan. Tapi, semua itu tidak mengalahkan kecantikan telaga yang saat itu tengah dinikmati beberapa remaja. Di pondokan juga ada sebuah hammock yang pastinya menambah nyaman untuk menikmati suasana telaga di siang hari yang terik.

Cukup lama aku berfoto, ketika akhirnya ada dua orang remaja laki-laki yang ternyata warga desa dekat telaga. Kami mengobrol dan banyak bertanya tentang tempat yang cantik lainnya dan juga telaga yang sedang kami nikmati bersama. Ternyata telaga ini nantinya akan di buat objek wisata dengan adanya pembuatan loket tiket yang tengah di bangun oleh beberapa warga. Menurut dua remaja laki-laki yang sayangnya aku sendiri lupa menanyakan nama, telaga ini pernah di kelola oleh remaja sekitar. Terbukti dengan adanya mainan air yang sayangnya sekarang rusak dan terbengkalai bahkan tertutup ilalang di sisi lain telaga. Dengan pembuatan loket tiket harapan warga sekitar, telaga yang ada bisa tetap terjaga keindahannya. Dengan pengelolan yang baik didukung dengan perkembangan fasilitas yang makin memadai bukan tidak mungkin nantinya telaga ini bisa menjadi sumber penghidupan warga sekitar.

Obrolan kami dengan mereka sayangnya harus selesai ketika waktu semakin sore. kami pun berpamitan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Sebelum pulang aku masih sempat mengabadikan telaga dari setiap sisi yang bisa aku ambil. Uniknya ada satu sisi yang aku rasa mirip seperti ranukumbolo yang terkenal itu. Menurut mas Alfri itu hanya khayalanku yang terlalu berlebihan, mungkin begitu. Akhirnya perjalanan di minggu yang cerah ini diakhiri dengan kembali kerumah membawa cerita baru bahwa tanah kelahiranku sangatlah mempesona.

-perjalanan 12 Oktober 2014-



akhirnya sampai di telaga

sisi lain telaga, hijaunya menyegarkan

sepintas mirip Ranukumbolo (khayalanku)


menikmati semilir angin di pondokan


mas Alfri makasih sudah menemani kesini





pulang kerumah membawa cerita baru bahwa tanah kelahiranku sangatlah mempesona

Tidak ada komentar:

Posting Komentar