![Saroja dari telaga Menjer](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8bwGnog5Ta6McrBLec9HkL6U9gbpCJR9K9A20ShW9dnKflij8Tkb2ygNFt3R1VIy2_Udiqb8wb8JwBNyrdXDLCzSNU1DI53VtKa57VTgiv5h7qaWZoL09nLGgYHw_oOGGkkDHB4isKxo/s1600/IMG_3437.JPG) |
Saroja dari telaga Menjer |
Sempat pesimis dan kecewa, ketika libur akhir tahun ternyata
tidak ada jatah libur satu haripun. Namun yang mengejutkan sekaligus membuatku
senang adalah libur panjang selama empat hari di awal tahun (yyyeeee). Tanpa
komando, kakiku mulai gatal untuk segera pergi libur dengan pilihan mendaki
gunung. Maklum sudah berbulan-bulan aku absen mendaki akibat jatuh sakit.
Setelah memilih dengan menimbang kondisi cuaca dan uang saku
aku menempatkan pilihan pada satu gunung kecil atau bukit yang memang sudah aku
incar sejak lama. Gunung Saroja/Sikudi yang memiliki ketinggian 2311mdpl,
sebuah bukit yang masih jarang diminati. Dengan antusias aku meluncur ditemani
mas Alfri dengan motor menuju rumah temanku mas Dicky yang berada di Tieng.
Setelah kehujanan ketika masuk kota Wonosobo, akhirnya
sampai juga dirumah mas Dicky. Cuaca hari itu memang berkabut dan terkadang
gerimis. Sembari istirahat dan menunggu mas Dicky packing, aku dan mas Alfri
menghangatkan diri di tungku. Orang-orang di Tieng dan kawasan Dieng memang punya
tungku didapur mereka masing-masing untuk pelarian ketika kedinginan. Tidak
perlu menunggu lama, setelah persiapan matang, kami langsung berjalan menuju
Saroja.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifbfmXjbcGrXXksvC4n0HSnnnu6cplO0DFLxxxd8P0VesOQssokzW0SSAOPPg3fNDTcKUQHiaxKVQywSw4ZvG9AelITiSN69g-wJausYYBncJthdTolCEobXcPP7J64NzniHwYjpf84k0/s1600/IMG_3369.JPG) |
kabut yang perlahan pergi |
Saroja atau Sikudi yang kedua-duanya terkenal diantara warga
sekitar memang merupakan bukit atau gunung, yang baru-baru ini tengah mencuat
namanya setelah gunung Prau menjadi primadona.Banyak jalur menuju kesana namun
hanya ada satu jalur resmi dan basecamp yang terletak di dekat wisata Telaga
Menjer. Namun, karena ada mas Dicky yang
kebetulan faham kami memilih jalur dari Tieng. Berjalan melewati rumah-rumah
warga yang lengang karena gerimis, kami menyusuri jalan berbatu yang tertata
sangat rapi. Jalanan meliuk seperti ular dan menanjak langsung menguras tenaga
dan membuat kami cepat bosan. Barulah, setelah menghabiskan satu jam kurang
perjalanan awal, kami masuk ke ladang perkebunan warga. Menyusuri setepak
jalanan kecil yang becek, melingkar menuju akhir perkebunan yang berada dekat
dengan hutan-hutan cemara.
Masih diguyur hujan yang setia membasahi, kami melewati
hutan-hutan cemara yang rimbun
mengikuti jalur setapak yang tampak jelas.
Hamparan ilalang tinggi yang tumbuh subur dibekas telaga yang mengering
memberikan kesan suasana mirip di Pakuwaja. Apalagi, kami terus berjalan
melingkari telaga kering sambil menikmati hembusan angin yang terkadang membuat
tubuh goyah. walaupun hujan, alam masih enggan memberikan kabut, sehingga kami
masih bisa menikmati pemandangan yang masih begitu asri.
Aku sendiri lama-lama mulai kepayahan menapaki track yang
terkadang menanjak cukup tinggi. Kakiku yang pendek membuatku harus mencari
pijakan lain yang mudah dijangkau. Belum lagi melewati ilalang yang
menenggelamkanku membuat jalanku agak sedikit melambat. Namun, kepayahan itu
menjadi bumbu-bumbu tawa yang terus menuntun kami menuju puncak.
Setelah masuk ke hutan, barulah nafas lega dan wajah
sumringah menghiasi kami semua. Puncak Saroja/Sikudi. Kami sampai tepat sebelum
hari gelap, memudahkan kami mencari lokasi mendirikan tenda yang nyaman. kami
bergotong royong mendirikan tenda, sambil menata barang-barang basah dan kering
yang diletakan secara terpisah agar aman, barulah setelah itu menyalin pakaian
dan membuat minuman hangat.
Sayangnya sore itu, kabut sudah mulai muncul sehingga telaga
Menjer hanya terlihat samar-samar namun harapan esok cerah membuat kami
akhirnya mengurung diri ditenda sambil menikmati cemilan dan juga makan malam.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmXrySn-QrvIVbeTl0LoK4vMXjeKAGy2qIIHY5S9SN98d_UkE4SgKoGjyhgk8EZjY4FdwRYjKwfU_8wjWIUY84lQ_RTCdridZp8WigUla9HVYTSeeLNhjRQVDUGr9Oh4GAHMECiZKTj_A/s1600/IMG_3375.JPG) |
ulang tahun mas Dicky |
Puas mengobrol banyak hal, kami mulai mengambil posisi tidur
membenamkan diri di dalam sleeping bag. Angin yang berhembus kencang tanpa
henti menjadi teman tidur kami mala mini hingga esok pagi. Tepat pukul 4 pagi
aku terbangun, memaksakan diri untuk mengintip keluar tenda berharap cuaca
cerah agar bisa melihat matahari terbit. Namun nyatanya, hanya ada kabut dan
angin yang berhembus dingin membuatku kembali masuk dan sembunyi dibalik
sleeping bag.
Berjam-jam sembunyi dalam tenda membuatku sedikit bosan,
setelah menyantap sarapan aku keluar mengamati sekeliling yang sudah tampak
cerah. Kabut mulai menghilang dan angin juga mulai mereda membuat jarak pandang
menjadi lebih luas. Mas Alfri dan mas Dicky berhambur juga ingin menikmati pagi
dingin yang sejuk sambil menikmati pemandangan yang menawan.
Saat tengah berfoto-foto aku terkejut dengan kedatangan dua
orang laki-laki yang ternyata pendaki dari Pekalongan. Mereka ternyata tiba
ketika kami sudah terlelap, dan akan melanjutkan perjalanan menuju ke Pakuwaja.
Setelah mengobrol singkat mereka pamit kembali ke tenda. siang itu, mas Dicky
memang sudah berniat untuk pulang lebih awal karena janji. Namun, aku dan mas
Alfri menahannya karena kebetulan hari itu juga dia berulang tahun yang ke-20.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD0dBfilO-V8qwZRT9VS6FmYGy9SB2PoPAngw4LOQ4Hy6yH-lpy2qrAAciwJsGWX4NBJ90nW1ag4qrze5dUyuVLoRlOx8gvkNMF-9CPk1BOAo7EavQYz8Cp91xZhCWzOzbpu7WUfcji98/s1600/IMG_3407.JPG) |
telaga kering disaat hujan |
Pudding apel dan juga lilin dari batang korek kayu menjadi
kue sekedarnya yang dimakan dengan penuh sukacita. Barulah setelah itu dia
pamit mendahului untuk pulang. Aku masih menikmati pagi di Saroja sambil
berfoto dan berharap semoga cuaca bisa lebih cerah dari sekarang. Namun, sudah
menunggu lama hingga tengah hari cuaca masih setia dengan kabut tipis yang
samar-samar menutupi telaga Menjer.
Akhirnya, aku dan mas Alfri memutuskan untuk packing dan
turun melanjutkan perjalanan ke tempat lain. tiba-tiba hujan turun, ketika kami
baru saja berjalan untuk kembali pulang. Alhasil lagi-lagi dengan mantel aku
berjalan turun menikmati air dingin yang jatuh dari langit. Anehnya, justru
hujan itu membuat kabut perlahan menghilang. Perjalanan pun menjadi lambat
karena aku sering meminta berhenti untuk menikmati pemandangan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL1T5IsuTCsAx2w1-XALTevrTZic5pnLb5kgtgXXx8Jbf2u6xjTkMHz7NE5Jq8zIudEUqJEqyvQxLZ3LVBtMqO3BaK53FlcFh6dm3RJELvJYW3ZR75so4cLaztmNziwUKjVuoAFV1sGI4/s1600/IMG_3484.JPG) |
minjem kapalnya orang |
Sesampainya dirumah mas Dicky, kami kembali berkemas dan
akhirnya memutuskan untuk camping di telaga Menjer. Malam itu juga, kami
langsung menuju lokasi yang mudah sekali dijangkau. Izin dari ketua RT setempat
juga sudah kami kantongi. malam itu, hanya dihabiskan untuk tidur lebih nyeyak
mengumpulkan tenaga untuk perjalanan pulang.
Pagi-pagi sekali aku bangun dan langsung bergegas menyiapkan
sarapan karena sudah tidak sabar menikmati telaga yang ada di depan mata.
Kawasana wisata masih sangat sepi, hanya sesekali ada warga lokal yang datang
sekedar mengambil kayu atau mengurus tambaknya. Kesempatak itu, tidak
terlewatkan dengan kamera seadanya aku abadikan telaga dan juga bukit Saroja
yang menjulang dengan gagah.
Aku bermain-main di kapal yang disandarkan ditepi sambil
mengamati sekitar. Dua anak kecil menghampiri sambil sibuk memperbaiki kapalnya.
Ternyata anak yang punya kapal, dengan ramah aku minta izin untuk sejenak
berada dikapalnya sambil bermain dengan adik kecil yang bernama Bela. Seketika
itu juga, aku ditawari untuk berkeliling telaga namun harga yang dipatok cukup
tinggi jika hanya memuat dua orang. Dengan sabar aku menunggu 6 orang lain
sehingga tiap orang hanya kena harga Rp.15.000. namun berjam-jam menunggu tidak
ada satu orangpun wisatawan yang datang. Padahal hari sudah semakin siang,
namun matahari masih malu-malu menampakan.
Akhirnya aku mengalah, mengurungkan diri untuk berkeliling
dan memutuskan untuk kembali lebih awal. Tidak lupa juga untuk menepi menikmati
mie ayam pelangi di Banjarnegara yang menjadi favoritku. Perjalanan kali ini,
begitu santai menikmati setiap detik, hingga terasa begitu cepat. Rasanya ingin
libur panjang lagi setiap minggunya.
- - Perjalanan 2-4 Januari 2015 -
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5A0cOjdJ39HWmmVKW2akqV98E4e6oLcNSS2UIjijEN0uh7WxOf1VvPx2R_goAzlnC4GL8iYy_pQ66hX-NybCMT-OleSAQaGKzkDcs-lKqud4-Un78ehL4sAw1jIywH0XRCNwb21h04YA/s1600/IMG_3394.JPG) |
foto iseng menunggu cerah |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglOALSb2P2l0sQs3SNZBwbBH1w8RFbK68eWiZhebWm6sscQtS9ndD3tXelxQhXqGErrGS92oGdXo_PeVH1rPxp4xKu3FVCwWEabsmcJj-pdMawzUZxk9yBZZhr5ECdXZ0Xi77sdg9pAtM/s1600/IMG_3401.JPG) |
plang informasi dan peringatan |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhproV0WtXS7cwV7GkTy1lgBB7yOUsWvfhOzQwevjSrNj2YqRwd76gFZIPHTnTnqzYuUSgatEOpKk6tq4MFeHESIs7MAfe4yNSnsUfe4SHSMIg1n6D7sj95KWj7jI_OsOsupip8C7WiQpM/s1600/IMG_3409.JPG) |
jalur Saroja dari Tieng |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtwZwL3mxhgmpc0ZTUaP8oM1frMf2BMJrihPdO2pl7xUFXa_gutneJX_4ungsKlYbPoYvtNVQ8I4dgtCbQWQt7iAHFHfbMVj5_FXEypBYihr8JrgBfw_iT6pLWAixovboQknFja8OOMPQ/s1600/IMG_3454.JPG) |
pagi hari di telaga Menjer |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDoKKuDYLW1Nw7m3SiDaPrHkdC1YV4syANrMCkhyC9wGKNhrtD3sd7kym2zFwbuLI7H7RVre9yoxf-wQNHoSFD2BaugaIHp9C1JvO-VpWQaEUY5lymU_FjrLsqM4ZquvJA8Fxz12aOzkY/s1600/IMG_3523.JPG) |
bersama Bela |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDx05PEceEVdlHPTtTxQPuCAGoWd4DynEuXlajOifl34vhN7QKwkJAQ7gXwz08pwSo8qqtSALlgcNFcb58ihnPKUES2AnsSIkQaDJd0hzTOMyhcC_sMLwobR-tPeQ0bWLWyVu20SJKTok/s1600/IMG_3525.JPG) |
penutup perjalan mie ayam pelangi |