Rabu, 29 Oktober 2014

Melestarikan Alam dan Budaya (Festival Banyumas Hijau)

membuat karikatur Banyumas
Minggu 26 Oktober 2014, adalah puncak acara Festival Banyumas Hijau yang diselenggarakan di Taman Kota Andhang Pangrenan. Banyak sekali acara, kegiatan hingga stand-stand yang menarik yang tidak boleh di lewatkan. Siang itu cerah dan terik namun tidak menyurutkan semangat seluruh panitia dan juga seluruh pengunjung yang sangat antusias bergabung di festival yang baru kedua kalinya diadakan.

lagi serius mewarnai
Di lokasi lain yang berada di dekat TPA Gunung Tugel diadakan penanaman yang mengikut sertakan KOSTI (komunitas sepeda tua Indonesia). Nantinya mereka akan ikut bergabung ditaman dengan iring-iringan sepeda ontel yang klasik ditambah gaya pakaian mereka yang begitu unik.
Lain hal nya di taman kota, banyak sekali rangkaian acara yang berlangsung bersamaan satu diantaranya lomba mewarnai yang diikuti sekitar 150 anak-anak tingkat TK dan SD kelas 1. Lomba bertema sampah ini diadakan di salah satu sudut taman yang terbuka namun teduh. Adik-adik kecil tampak sangat bersemangat bahkan tidak terganggu sama sekali dengan keramaian di sekitarnya. Kedua adikku juga turut ikut menjadi peserta, mewarnai secarik kertas gambar dengan penuh keseriusan.
Di tengah-tengah taman terdapat tenda komando yang berdiri gagah, disitulah stand-stand menarik dari beberapa komunitas peduli lingkungan mempamerkan foto juga mengenalkan komunitas mereka pada masyarakat umum. Seperti Semut Pala (serdadu muda teluk pecinta alam) yang saat itu mempamerkan foto kegiatan mereka dan aku turut ikut juga. Semut Pala merupakan komunitas pecinta alam yang memiliki secretariat di Teluk. Ada juga dari SMA Banyumas yang saat itu mengenalkan produk mereka seperti pupuk organic, baju daur ulang, hingga kerajinan cantik dari bahan bekas lainnya.

karyaku dalam lomba
Di tenda lain terdapat pameran hasil karya lomba kreatifitas daur ulang sampah, aku termasuk salah satu pesertanya. Disini kita bisa melihat bahkan mencontoh karya-karya yang menarik juga memiliki nilai seni hingga fungsi yang nantinya bisa membantu mengatasi timbunan sampah. Banyak olahan seperti plastik yang dijadikan tas, dompet, bantal, lampu, vas, tempat sampah dan masih banyak lagi.
Tidak hanya lingkungan, festival ini juga mengenalkan budaya dan tradisi yang mengingatkanku pada zaman dulu kecil. Alunan music lesung yang dimainkan para ibu-ibu saling bergantian dengan kentongan yang dimainkan adik-adik kecil. Semua terasa menyatu walaupun kedua music ini dimaikan beda generasi. Jika ingin cemilan juga bisa mencicipi jajanan tradisional seperti brontol jagung, pisang rebus, ubi rebus dan masih banyak lagi. Tapi ingat harus antri secara tertib ya…

Siang itu acara sangat meriah ditambah kedatangan para rombongan sepeda ontel dari KOSTI yang berpakaian ala-ala jaman dahulu menambah apik festival hari ini. Aku puas berkeliling hingga mecicipi jajanan, semakin siang akhirnya aku berpamitan dengan teman-teman. Semoga festival ini bisa memberikan perubahan baik kedepannya. Dan untuk festival tahun depan semoga bisa lebih meriah dan lebih menarik lagi. Luar biasa. Banyumas ijo royo-royo.



stand Semut Pala

karya kreatifitas (by Apris Nur )

musik lesung (by Apris Nur )

Kosti (by Apris Nur)

lomba mewarnai

adikku yang satunya


stand KOSTI


pupuk organik SMA Banyumas

hasil karya SMA Banyumas yang dipamerkan


Selasa, 28 Oktober 2014

Rahasia yang Seksi (Main-main Air)

kolam kecil






Hampir seharian di isi dengan main air. Setelah paginya kegiatan dengan Forum Hijau Banyumas untuk memungut sampah di sungai Pelus Grendeng, siang harinya berlanjut untuk main air di curug Telu. Cukup lama bermain di curug bersama teman-teman dan juga anak-anak kecil di sekitar curug. Berencana untuk kembali, mas Kantong mengajak kami semua untuk mengunjungi satu curug lagi. Waktu masih siang dan cerah kami semua akhirnya setuju.

curug seksi
Mas Kantong berjalan di depan sebagai penunjuk arah diikuti yang lain termasuk aku. Lokasinya tidak jauh dari curug Telu, mungkin hanya sekitar 15-20 menit saja. Kami menyusuri jalan untuk kembali namun mengambil arah berlawanan ketika dipersimpangan. Barulah tidak jauh dari persimpangan kami semua masuk diantara hutan-hutan bambu. Jalur yang kecil membuat kami sangat berhati-hati karena sisi kanan kami adalah jurang. Kami juga harus pintar memilih pijakan ketika berjalan menepi ditebing batu yang licin. Barulah setelah itu kami menemukan aliran sungai kecil yang bebatuannya ditumbuhi banyak lumut. Hati-hati juga disini, karena banyak pacetnya.

Benar saja, curug ini sangat seksi dan cantik seperti namanya curug Bidadari. Alirannya yang tidak begitu tinggi namun lumayan deras membuat sentuhan manis pada kolam kecil yang berwarna biru kehijauan. Ditambah lokasi curugnya yang sedikit masuk ke dalam gua menambah kesan curug ini benar-benar dirahasiakan. Sayangnya, disini kami tidak bisa menghabiskan banyak waktu , untuk main air aja tidak. Karena menurut cerita lokasi ini merupakan sarang ular, kami semua tidak mau mengganggu penghuni aslinya. Akhirnya perjalanan minggu ini kami tutup dengan nyasar di persawahan warga karena mencoba-coba jalur lain, lengkap sudah.


-perjalanan Minggu 19 Oktober 2014-


bermain dulu di curug telu


bebatuan licin harus hati-hati




melihat ke dekat curug

Sabtu, 25 Oktober 2014

Sudahku Angkut Sampah dari Sungai, kamu udah belum ?? (Sungai Bukan Tempat Sampah)

Siapa coba yang menolak buat main air di saat cuaca panas terik ? pastinya, main air jadi pilihan tepat bahkan pilihan yang ada di otak kalian semua termasuk aku. Berasakan sensasi dinginnya air yang bikin tubuh dan juga otak jadi lebih fresh. Tapi, kali ini berbeda dari main air yang biasanya. Kali ini main air bukan di sungai bersih, curug atau pantai. Melainkan main air di aliran sungai yang penuh sampah. Buat apa ? Makanya ikutan ya… J
Bertepatan dengan agenda rutin dari Forum Hijau Banyumas, seluruh komunitas pecinta lingkungan se-Banyumas diundang untuk ikutan serangkaian kegiatan, satu diantaranya adalah bersih sungai. Kali ini, bersih sungai diadakan di sungai Pelus kelurahan Grendeng. Sungai disini memang sudah jadi momok buat sebagian orang, karena kondisinya yang kotor dan juga berbau. Kenapa begitu ? Alasan klasik dan juga kebiasaan warga di sekitar sungai, yang membuang sampah langsung ke sungai ditambah spiteng/tempat pembuangan limbah rumah tangganya adalah ke sungai. Bisa dibayangkan, ratusan rumah yang mengapit sungai jika sebagiannya saja membuang limbah ke sungai sudah dipastikan sungai akan kotor. Di dorong akan kepedulian itulah beberapa rekan yang ikut bersih sungai terjun langsung untuk mengangkut sampah yang membuat pendangkalan sungai dan juga kotor.
Menyusuri sungai sambil waspada pembuangan
Minggu, 19 Oktober 2014 aku sedikit terlambat untuk berkumpul dibalai kelurahan Grendengan karena bangun kesiangan saat camp ceria dengan 2 orang sahabatku. Tidak menyiakan waktu, kami langsung menuju lokasi dan bertemu dengan teman-teman yang sudah duluan terjun ke sungai. Berbekal karung dan sarung tangan aku akhirnya turun bersama yang lain. Menyisiri sungai Pelus yang saat itu alirannya kecil bau dan kotor. Memunguti sampah dari limbah rumah tangga seperti baju, kaca, plastic pralon dan lain sebagainya.
Sebenarnya ada perasaan sedikit jijik, melihat sungai sudah bercampur dengan limbah menimbulkan bau yang kurang sedap ditambah kami berjalan diantar saluran pembuangan warga yang sewaktu-waktu digunakan warga. Kebayang ??? Tapi tenang, tidak seburuk dugaan atau bayangan kok. Selama mengikuti kegiatan ini kita bisa have fun alias tetap happy walaupun bau. Semangat pun tidak surut ketika harus menyusuri sungai dan diliat beberapa tatap warga atau diberi sorak anak-anak kecil. Justru itulah, pemantik kami semua untuk banyak-banyak mengambil sampah.
Bersih sungai kali ini, bener-bener ajib dan yang pasti bikin ketagihan. Alesannya klasik, selain bisa bikin sungai bersih, badan sehat, bangun pagi dan bisa main air juga walaupun air kotor. Lumayan buat yang jarang mandi pagi, bisa jadi ritual (bukan aku lho…). Kegiatan hari itu ditutup dengan foto bersama dengan belasan karung berisi sampah yang berhasil diangkut dari sungai. Tidak lupa juga sarapan jajanan pasar tuntas melunasi rasa lapar setelah kegiatan. Buat yang belum sempat ikutan, ayoo…ikutan dijamin have fun dan bikin ketagihan !!! Sudah ku angkut sampah dari sungai, kamu udah belum ?? Sungai Bukan Tempat Sampah ya Kawan :D

Semangat terus buat semuanya !!!!

Doc : Fb Apris Nur Rakhmadani


Sampah yang berhasil diangkut


bersih sungai Pelus kelurahan Grendeng


Dapat sampah banyak

Selasa, 14 Oktober 2014

Tanah Kelahiranku Sangatlah Mempesona (Sebuah Telaga)

Setelah lama mendengengar dan melihat sebatas foto akhirnya aku bisa sampai di sebuah telaga yang berada di Cilongok. Berbekal alamat dari mba Olip, aku ditemani mas Alfri menggunakan motor menuju kesana. Perjalanan yang agak kesiangan tidak menjadi alasan untuk mengeluh. Untunglah, daerah Cilongok dengan suasana pedesaan yang menyejukan menjadi hiburan selama perjalanan. Di awal, kami sempat salah masuk jalan, beruntung ada warga desa ramah yang dengan ciamik memberikan arahan pada kami.

Sepanjang perjalanan aku mengenang ke masa putih abu-abu. Dulu aku pernah dan bahkan sering melewati jalanan ini ketika lomba dan baksos di sebuah desa yang berada jauh dari tujuan kami. Perjalanan melewati rumah warga yang tampak lenggang dan sesekali aktifitas warga diluar seperti menjemur padi dan lain sebagainya membuatku rindu untuk kembali tinggal di desa. Bukit hijau dan langit cerah menjadi pemandangan indah disaat jalanan aspal menanjak panjang dan sedikit melelahkan. Tapi tunggulah ketika akhirnya sebuah telaga dengan jejeran pohon yang cantik memberikan sapaan terbaiknya.

sisi lain telaga yang mengering mirip kubangan
Sebuah telaga yang terletak di desa Wonosari ini merupak telaga alami yang memang menjadi tempat favorit untuk menikmati suasana pagi, siang ataupun sore. Desiran angin yang memanjakan pastinya membuat betah untuk tetap duduk sekedar mengobrol atau menikmati pemandangan yang tidak ada bosannya. Aku berkeliling melihat dan memutuskan untuk ke sebuah pondokan yang tampak di sisi lain telaga. Pondokan disini tampak masih kokoh dan baik. Hanya beberapa sisi yang tampak berlubang mungkin karena tidak ada perawatan sama sekali.

Aku mencoba mengabadikan telaga dari berbagai sisi yang tampak manis dari kamera digitalku. Sayangnya ketika kesini musim kemarau membuat air ditelaga mengering, sehingga di tepian telaga tampak kering dan seperti kubangan. Tapi, semua itu tidak mengalahkan kecantikan telaga yang saat itu tengah dinikmati beberapa remaja. Di pondokan juga ada sebuah hammock yang pastinya menambah nyaman untuk menikmati suasana telaga di siang hari yang terik.

Cukup lama aku berfoto, ketika akhirnya ada dua orang remaja laki-laki yang ternyata warga desa dekat telaga. Kami mengobrol dan banyak bertanya tentang tempat yang cantik lainnya dan juga telaga yang sedang kami nikmati bersama. Ternyata telaga ini nantinya akan di buat objek wisata dengan adanya pembuatan loket tiket yang tengah di bangun oleh beberapa warga. Menurut dua remaja laki-laki yang sayangnya aku sendiri lupa menanyakan nama, telaga ini pernah di kelola oleh remaja sekitar. Terbukti dengan adanya mainan air yang sayangnya sekarang rusak dan terbengkalai bahkan tertutup ilalang di sisi lain telaga. Dengan pembuatan loket tiket harapan warga sekitar, telaga yang ada bisa tetap terjaga keindahannya. Dengan pengelolan yang baik didukung dengan perkembangan fasilitas yang makin memadai bukan tidak mungkin nantinya telaga ini bisa menjadi sumber penghidupan warga sekitar.

Obrolan kami dengan mereka sayangnya harus selesai ketika waktu semakin sore. kami pun berpamitan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Sebelum pulang aku masih sempat mengabadikan telaga dari setiap sisi yang bisa aku ambil. Uniknya ada satu sisi yang aku rasa mirip seperti ranukumbolo yang terkenal itu. Menurut mas Alfri itu hanya khayalanku yang terlalu berlebihan, mungkin begitu. Akhirnya perjalanan di minggu yang cerah ini diakhiri dengan kembali kerumah membawa cerita baru bahwa tanah kelahiranku sangatlah mempesona.

-perjalanan 12 Oktober 2014-



akhirnya sampai di telaga

sisi lain telaga, hijaunya menyegarkan

sepintas mirip Ranukumbolo (khayalanku)


menikmati semilir angin di pondokan


mas Alfri makasih sudah menemani kesini





pulang kerumah membawa cerita baru bahwa tanah kelahiranku sangatlah mempesona

Senin, 06 Oktober 2014

Happy Idul Adha (cerita kecil )

Idul Adha adalah moment besar selain Idul Fitri untuk masyarakat muslim di seluruh dunia. Terlebih sebagai hari Qurban dan hari Haji semua orang berlomba-lomba untuk menunaikan perintah Allah SWT. Menurut pelajaran yang pernah aku dapat semasa sekolah, hewan yang kita qurbankan nantinya akan menjadi tunggangan kelak ke surga. Subhanallah, betapa banyak nikmat yang diberikan oleh-Nya. Walaupun Idul Adha tahun ini ada perbedaan antara yang satu dengan yang lain, jangan sampai ada perselisihan yang ujung-ujungnya menjadi konflik. Damai itu indah perbedaan itu mempesona.

Setiap Idul Adha pastinya tiap keluarga memiliki ciri khas tersendiri untuk mengolah daging qurban. Walaupun ujung-ujungnya satu bahan makanan tapi masakan dan rasanya jauh berbeda. Dirumahku karena ibu sendiri asli Palembang dan terbiasa dengan masakan olahan Sumatra, daging sapi pastinya disulap menjadi rendang. Bukan ala-ala rendang, yang ibuku buat mirip sekali dengan rendang ala Padang. Bedanya hanya beberapa bumbu yang tidak aku ketahui namanya, yang minus dibumbu rendang ala ibuku. Semakin sering dipanaskan semakin enak karena bumbunya semakin meresap. Kalau olahan kambing, anehnya pasti tidak bau prengus ala kambing. Ternyata ibuku membersihkannya dengan air mentimun. Setelah itu baru di olah menjadi semur pedas. Semur yang manis ibuku sulap menjadi pedas dengan beberapa buah cabai utuh ditambahkan. Pastinya enak :D.

Tapi ada rasa bosan ketika semua rumah olahan makanannya daging. Aku sendiri yang tidak begitu suka daging pasti akan kalap dan rindu dengan bau masakan sayuran hijau segar. Mau numpang makan ke tetangga olahannya tidak beda jauh dengan olahan dirumah. Alhasil, cari makan diluar adalah pilihan yang paling tepat ketika rindu akan sayuran. Yang pasti makan terlalu banyak daging atau terlalu sering ada efek yang cukup menyiksa. Selain perut panas bisa juga sariawan, itu yang aku rasakan. Kalau kamu apa ??


Yang jelas dan pasti moment besar ini bukan hanya sekedar berqurban atau makan daging sepuasnya tapi juga dijadikan sebuah perubahan menuju yang lebih baik. Dan jadikan moment ini sebagai wadah untuk menambahkan ketaqwaan terhadap-Nya. Dan bagi yang merayakan selamat hari raya Idul Adha. Dan untuk sahabatku  Timy Happy Idul Adha ya sobat :D


Kamis, 02 Oktober 2014

Jalan-Jalan Plat F ( Nikahan )

Pohon cinta kedua pengantin
Perjalanan kali ini, aku tidak mengikut sertakan si timy kecilku. Perjalanan kali aku lewati bersama keluargaku tanpa kakakku,  karena aku akan pergi ke sebuah kota kecil dengan plat nomor kendaraan “F”. Pastinya kota kecil yang memiliki cuaca cukup panas dan terkenal dengan tauco meongnya, yaitu kota Cianjur. Perjalanan malam dengan bus dilewati dengan lancar. Walaupun awalnya harus ketinggalan bus dan menunggu beberapa jam namun setelah turun di Cileunyi dan menyambung bus lagi menuju Cianjur perasaan tidak sabar terus menggelayutiku. Apalagi sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku dari sisi bapak. Terakhir ketemu adalah lebaran tahun lalu saat aku tinggal beberapa bulan di Bandung.
persiapan calon pengantin

Perjalanana selama kurang lebih 10 jam akhirnya selesai setelah bus berhenti di perumahan Samolo. Jam menunjukkan pukul 3.30 WIB, masih terlalu pagi. Aku, bapak dan ibu berjalan menuju rumah budeku yang terletak cukp dekat dari jalan raya. Akhirnya sebuah rumah bercat hijau membawa kelegaan buatku. Ternyata seluruh penghuninya tidur terlelap, bahkan  kedatanganku dan kedua orangtuaku tidak diketahui sama sekali. Tapi lama kelamaan keributanku akhirnya membangunkan sebagian penghuni rumah. Temu kangen keluarga pun berlangsung di pagi buta. Aku sendiri yang kepanasan memutuskan untuk mandi lebih awal, diikuti oleh penghuni yang lain. Karena kamar mandi cuma satu acara mengantri pun tidak bisa terelakan.

Persiapa pagi semua penghuni yang sibuk masing-masing tidak membuat sang calon pengantin ikut-ikutan sibuk. Sang ibu calon pengantin, adiknya termasuk bapakku di rias oleh ibu yang memang bertugas sebagai rias pengantin. Pakaian untuk orangtua berwarna abu-abu muda sangat cocok untuk bapak dan budeku. Bukan kebetulan bapakku di rias, bapakku menggantikan posisi suami budeku yang tidak lain adalah ayang sang calon pengantin pria yang sudah tiada. Kedekatan bapakku dan juga bapakku yang turut serta membantu proses sebelum menikah membuat bapakku menjadi wali pria calon pengantin. Setelah semua selesai berias, barulah sang calon pengantin pria yang biasa aku sapa aa Ramdan dirias. Berbalut pakaian berwarna putih bersih sangat pantas dikenakan olehnya karena dia memang orang yang sangat cinta kerapian dan kebersihan. Aku teringat dulu zaman kecil, aku dan dia sering bermain bersama ke sawah dibelakang rumah nenekku. Tapi beda dengan sekarang, sikap dan pembawaannya yang dewasa mengantarkan dia ke sebuah jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Aku sendiri yang memang dasarnya susah dandan hanya berpoles bedak tipis dan mengenakan pakaian pinjaman dari sahabatku gamis putih bercorak motif bunga-bunga biru.

prosesi ijab qobul
Setelah semua siap akhirnya kami menuju ke tempat tujuan, kerumah calon pengantin wanita yang terletak tidak jauh dari rumah calon pengantin pria. Melihat calon pengantin pria yang duduk di depanku tampak tenang dan santai seperti tanpa beban membuatku bertanya-tanya apa yang dia pikirkan ya ? Perjalanan sedikit agak bergolak karena jalanan aspal yang rusak, akhirnya membawa kami ke sebuah gang yang sudah berhias janur kuning melengkung.  Sang calon pengantin pria pun langsung didampingi untuk ke masjid dimana akan dilakansakan ijab qobul. Aku yang sengaja mengabadikan moment sakral ini mengikuti sambil memegang camera digital murahanku. Detik tiap detiknya begitu khidmat dan menyentuh terutama saat ijab qobul berlangsung. Orang tua dari calon pengantin wanita tampak mengharu biru. Aku sendiri ikut terbawa suasana yang akhirnya meresmikan mereka sebagai pengantin dan juga suami istri yang sah, alhamdulillah. Prosesi penyerahan mas kawin pun berjalan cukup lucu, karena walaupun mereka sudah resmi tapi wajah malu-malu menghias wajah mereka. Aku sendiri melirik mahar berupa gambar dalam pigura yang terbuat dari sususan koin ratusan. Mahar yang pantas dan bisa dijadikan penghias dirumah untuk mengingatkan moment terindah ini untuk mereka dan anak-anak mereka kelak.

prosesi Sawer yang ramai
Berlanjut menuju tempat hajatan, kedatangan pengantin pria disambut dengan tarian tradisional. Aku dan beberapa keluarga yang datang membawa seserahan terbungkus cantik di sebuah kotak batik berbaris dibelakang pengantin pria. Setelah pengantin pria disambut dan duduk di singasana yang dihias penuh dengan bunga-bunga prosesi adat pun dimulai. Diawali dengan sambutan dari kedua belah pihak keluarga dengan bahasa sunda yang tidak begitu aku pahami berlanjut ke acara sungkeman. Sejauh ini prosesi adat tidak berbeda jauh dengan di Jawa Tengah. Namun satu prosesi unik yang menyita perhatianku dan hampir semua anak-anak kecil. Namanya “sawer” dimana sang pengantin melempar uang recehan pecahan apapun dan juga jajanan kecil seperti permen dan snack. Prosesi sawer bertujuan membagikan kebahagian kesemua orang karena pastinya sang pengantin dan keluarga besar tengah berbahagia. Setelah itu prosesi berlanjut seperti melemparkan kendi, menginjak telur dan membersihkan kaki pengantin pria. Semua berlangsung diiringi tawa dan kebahagian yang tiada hentinya.
es krimnya meleleh

Setelah prosesi adat akhirnya santapan untuk keluarga berlangsung. Aku yang memang kelaparan memilih mencemil es krim rasa strawberry yang sayangnya sudah meleleh dan tidak dingin. Akhirnya semakin siang, keluarga pihak pria berpamitan untuk pulang. Sebelumnya berfoto bersama dengan pengantin tidak terlewatkan. Berakhir sudah tujuanku ke Cianjur namun rencana untuk pulang masih belum terfikirkan. Sesampainya dirumah aku langsung mendinginkan badan dengan rebahan. Rasa kantuk karena memang belum sempat tidur dengan posisi nyaman akhirnya membawaku terlelap.


Liburan ke Cianjur setelah sakit seminggu cukup menghiburku. Terlebih bisa bertemu dengan dua keponakanku yang nakal. Salman dan Devara, mereka berdualah yang paling kecil di kelurga besar dari pihak bapakku. Saat waktunya pulang rasa enggan tentu saja menggelayut. Rasanya terlalu singkat dua hari semalam bertemu keluargaku, namun tanggungjawab kerjaan mengingatkanku untuk segera membawaku kembali. Perjalanan yang diiringi macet akhirnya membawaku kerumah tercinta di pagi-pagi buta.



bapak dan bude

aku sendiri

calon pengantin sedang berdandan


calon pengantin yang keliatannya tenang
khidmat saat sebelum prosesi ijab qobul

sebelum ijab qobul
seserahan pengantin
seserahan pengantin 

prosesi pemberian mas kawin


prosesi adat
saat menginjak telur
mahar yang cantik

pengantin baru

keponakan yang nakal

Devara beraksi